Danantara Pangkas Suntikan Modal untuk Garuda Indonesia Menjadi US$1,4 Miliar

Danantara Pangkas Suntikan Modal untuk Garuda Indonesia Menjadi US$1,4 Miliar

Danantara Pangkas Suntikan Modal untuk Garuda Indonesia Menjadi US$1,4 Miliar

Liga335 – TEMPO Interaktif, Jakarta – Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengumumkan bahwa rencana penyertaan modal dari PT Perusahaan Pengelola Investasi (Persero) Daya Anagata Nusantara (Danantara) berkurang dari Rp 29,8 triliun menjadi 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 23,6 triliun.
Penyesuaian tersebut telah dikonfirmasi oleh Danantara pada tanggal 29 Oktober 2025, terkait dengan Penyertaan Modal Tambahan di Garuda.
Wakil Direktur Utama Thomas Oentoro mengatakan perubahan tersebut secara otomatis mengubah rencana keuangan perusahaan.

“Ada juga penyesuaian rencana alokasi dana yang tidak lagi mencantumkan penambahan armada,” kata Thomas dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 7 November 2025.
Thomas menjelaskan 37 persen dari revisi pendanaan tersebut atau sekitar Rp8,7 triliun akan dialokasikan untuk modal kerja Garuda Indonesia, termasuk untuk biaya perawatan dan perbaikan pesawat.
Sisanya sebesar 63 persen atau Rp14,9 triliun akan disalurkan ke anak perusahaan berbiaya rendah Citilin.

k, dengan rincian Rp11,2 triliun untuk modal kerja dan Rp3,7 triliun untuk melunasi utang pembelian bahan bakar.
Penambahan modal ini diharapkan dapat diselesaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari Rabu, 12 November 2025.
Suntikan modal tersebut bertujuan untuk memulihkan ekuitas negatif Garuda yang telah menghambat akses pembiayaan dan menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan delisting dari Bursa Efek Indonesia.

Garuda telah mengalami tekanan keuangan karena meningkatnya biaya perawatan dan restorasi pesawat, yang mempengaruhi kinerja Garuda dan Citilink.
Menurut laporan keuangan terakhir perusahaan, Garuda Indonesia membukukan kerugian bersih sebesar US$180,7 juta (Rp3 triliun) pada kuartal ketiga 2025, melebar dari US$129,6 juta (Rp2,1 triliun) pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan operasional mencapai US$2,3 miliar (Rp38,3 triliun), turun dari Rp1,6 triliun dari tahun sebelumnya.

Sumber pendapatan termasuk penerbangan berjadwal sebesar US$1,8 miliar (Rp29,9 triliun), penerbangan tidak berjadwal sebesar US$1,2 miliar (Rp13,9 triliun), dan pendapatan dari jasa kargo sebesar US$1,2 miliar (Rp13,2 triliun). jasa sebesar AS$299,5 juta, dan pendapatan lain-lain sebesar AS$245,8 juta.
Sementara itu, beban usaha turun tipis menjadi US$2,2 miliar dari US$2,3 miliar di tahun sebelumnya.

Per 30 September 2025, Garuda Indonesia mencatatkan total aset sebesar US$6,7 miliar, ekuitas negatif US$1,5 miliar, dan liabilitas sebesar US$8,2 miliar.